"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepda orang-orang yang bersabar". (QS. Al Baqarah : 155)
Ujian bagi orang yang beriman adalah suatu kemestian, Allah SWT dengan tegas menyebutkan "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang yang terdahulu sebelum kamu? Merek ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman yang bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah 214). Ayat ini menegaskan bahwa ujian bagi orang yang beriman adalah suatu kemestian, dan akan datang kepadanya sesuai dengan kadar keimanannya.
Rosulullah SAW bersabda "Bersegeralah kalian untuk berbuat baik, karena akan datang suatu fitnah (ujian), ujian itu seperti malam yang gelap gulita. Dan akibat ujian itu, banyak orang yang paginya beriman dan sorenya menjadi kafir, sorenya beriman dan paginya menjdai kafir. Mereka menjual agamanya dengan keuntungan-keuntungan dunia." (HR. Muslim).
Hadits diatas menggambarkan bahwa manusia yang menjual keimanannya dengan kesenangan dunia adalah mereka yang tidak mampu menyikapi ujian dengan petunjuk Allah, sehingga dengan mudahnya ia berbalik arah menjadi orang yang justru keluar dari iman. Memahami ujian melalui petunjuk Allah merupakan kawajiban bagi setiap muslim, hingga menumbuhkan keyakinanbahwa ujian adalah bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. Firman Allah dalam surat At-Taubah : "Katakanlah: Tidak akan menimpa suatu musibah atas kami kecuali apa-apa yang telah Allah takdirkan atas kami".
Sudah menjadi tabiat manusia, apabila mereka dikaruniai kebaikan dan kenikmatan maka mereka bersyukur dan mengatakan : "Allah telah memuliakan kami". Dan bila mereka ditimpa musibah dan kesempitan rizkinya mereka mengatakan : "Allah telah murka dan menghinakan kami". (QS. Al-Fajr). Akan tetapi bagi yang menyikapi ujian dengan petunjuk Allah akan menyadari bahwa ujian adalah karunia Allah, dan mereka yakin bahwa Allah selalu berbuat baik kepada hamba-Nya.
Ada dua fungsi Musibah jelek yang dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai bahan instropeksi diri menuju kesempurnaan iman.
- Bahwa semua msibah jelek yang didatangkan Allah berfungsi sebagai peringatan. Jika Allah masih mencintai hamba-Nya yang berbuat dosa dan telah menyimpang dari jalan-Nya, maka Dian mengingatkannya dengan cobaan-cobaan yang jelek sehingga sang hamba segera sadadan bertaubat kepada-Nya. Karena jika Allah tidak lagi mencintainya, maka Dia segerakan azab dan membinasakannya sebelum hari kiamat, sebagaimana yang ditimpakan kepada umat sebelum Islam. Allah berfirman " Tidak ada satu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfud). " QS. Al-Israa 58). Oleh karena itu, yang dituntut dari seorang hamba apabila ditima musibah jelek adalah evaluasi diri dan bertanya kepada dirinya "Apakah saya sudah menyimpang dari jalan Allah sehingga Dia menegur denga musibah yang jelek?". Kemudian segeralah bertaubat dan bersyukur karena Allah masih mencintainya.
- Musibah jelek juga berfungsi sebagai ujian kenaikan tingkat. Apabila seorang hamba atau suatu umat ditimpa musibah jelek, sedang mereka dalam ketaatan kepada Allah, maka kejelekan itu sebagai ujian untuk meningkatkan derajatnya. Pemahaman seperti ini akan lebih membangkitkan kesiapan dalam menghadapi musibah dalambentuk apapun.
- Musibah baik merupakan barokah dari Allah sebagai imbalan ketaatan dan ketakwaan. Allah berfirman " Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah kita limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf : 96). "...barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar (dari kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapi), dan Allah berikan rizki dari arah yang tak diduga-duga...". (QS. At-Thalaq :23). Kesadaran seseorang bahwa semua hartanya adalah titipan Allah akan mampu menghilangkan keserakahan dan ringan mengeluarkan infa. Tetapi apabila seseorang merasa bahwa kenikmatan yang diperoleh adalah hasil jerih payahnya sendiri, maka akan membawa kepada keserakahan dan kesombongan.
- Musibah baik sebagai Tadarruj (Membiarkan dalam kenikamatan kemudian dihancurkan). Musibah seperti ini sangat sedikit manusia yang menyadarinya, karena terlena oleh kesenangan duniawi, sehingga tidak sadar bahwa bahaya selalu mengintai untuk mengahncurkannya. Hal ini telah ditegaskan Allah " Maka tatkala mreka melupakan pernyataan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekoyong-koyong, maka ketika itu mereka terdiam terputus asa." (QS. Al-An'am : 44).